Friday, January 25

Sang Pendosa

Sang pemuda letih merintih menahan perih
Sebuah tubuh yang basah bermandikan darah
Badannya penuh dengan goresan tajam sebuah pedang
Segelintir saksi bisu tanda dia salah satu dari mereka
Orang orang yang berlumuran hasrat yang kejam
Biadab merenggut nyawa orang tak berdaya


Namun kini seret langkahnya mulai melambat akibat sekarat
Perlahan tertekan dengan tarikan nafas yang terseret seret
Tenggorokan penuh dengan gelora akan dahaga yang dalam
Jiwanya lemah lunglai seakan haus dengan pengampunan
Tanpa senyuman tanpa keraguan teguh manatap maju
Pikiran hanya akan jadi sebuah ilusi dangkal dengan semua kesesatan ini
Nalurinya hanya tertuju pada satu titik yang begitu jauh
Titik diantara titik titik hitam yang berserakan bagaikan bintang
Terisi penuh oleh semua dusta para pendosa
Wajahnya menyertakan sebuah ironi akan aib biadab manusia
Sesekali menengadahkan wajah malu pada langit
Seketika berhenti sejenak mencari energi dari sari sari bumi
Lalu lekas bergegas karena takut akan terlambat
Sorot matanya fokus mencari ke segala arah
Ayunan kakinya tak terukur menyusuri bumi
Kini apa yang dia tahu hanyalah berlari
Dia terlalu dihantui perasaan risau oleh siksa yang mengejar
Dia takut akan menyesal bila tak berlari mencari
Dia hanya tak ingin mengulang penghianatan ini
Pernyesalan yang dia anggap sebagai dosa besar
Dan kini dia disini berlari untuk membayar
Berharap sampai dengan sebuah perjuangan
Sebagai bukti bahwa dia berusaha untuk diampuni

#ar032

0 comments:

Post a Comment

 
;