Sang
pemuda letih merintih menahan perih
Sebuah
tubuh yang basah bermandikan darah
Badannya
penuh dengan goresan tajam sebuah pedang
Segelintir
saksi bisu tanda dia salah satu dari mereka
Orang
orang yang berlumuran hasrat yang kejam
Biadab
merenggut nyawa orang tak berdaya
Namun kini seret langkahnya mulai melambat akibat sekarat
Perlahan tertekan dengan tarikan nafas yang terseret seret
Namun kini seret langkahnya mulai melambat akibat sekarat
Perlahan tertekan dengan tarikan nafas yang terseret seret
Tenggorokan
penuh dengan gelora akan dahaga yang dalam
Jiwanya
lemah lunglai seakan haus dengan pengampunan
Tanpa
senyuman tanpa keraguan teguh manatap maju
Pikiran hanya akan jadi sebuah ilusi dangkal dengan semua kesesatan ini
Pikiran hanya akan jadi sebuah ilusi dangkal dengan semua kesesatan ini
Nalurinya
hanya tertuju pada satu titik yang begitu jauh
Titik
diantara titik titik hitam yang berserakan bagaikan bintang
Terisi
penuh oleh semua dusta para pendosa
Wajahnya
menyertakan sebuah ironi akan aib biadab manusia
Sesekali
menengadahkan wajah malu pada langit
Seketika
berhenti sejenak mencari energi dari sari sari bumi
Lalu
lekas bergegas karena takut akan terlambat
Sorot
matanya fokus mencari ke segala arah
Ayunan
kakinya tak terukur menyusuri bumi
Kini
apa yang dia tahu hanyalah berlari
Dia
terlalu dihantui perasaan risau oleh siksa yang mengejar
Dia
takut akan menyesal bila tak berlari mencari
Dia
hanya tak ingin mengulang penghianatan ini
Pernyesalan
yang dia anggap sebagai dosa besar
Dan
kini dia disini berlari untuk membayar
Berharap
sampai dengan sebuah perjuangan
Sebagai
bukti bahwa dia berusaha untuk diampuni
#ar032
#ar032
0 comments:
Post a Comment